Sampah hingga saat ini menjadi masalah besar yang belum dapat terselesaikan dengan tuntas. Sampah terbagi atas sampah anorganik atau sampah yang tidak dapat diuraikan secara alami serta sampah organik atau sampah yang dapat diuraikan secara alami. Salah satu pemanfaatan sampah organik yang tepat adalah mengolahnya menjadi pupuk kompos. Pupuk kompos adalah pupuk organik yang dibuat dengan cara menguraikan bahan berupa tumbuhan atau hewan yang merupakan hasil samping dari aktivitas manusia.
Desa Sungapan adalah salah satu desa yang hingga saat ini belum memiliki sistem pengelolaan dan pengolahan sampah yang baik. Hal ini menjadi perhatian dimana sampah yang dibuang hanya dibakar saja, padahal pembakaran sampah dapat menghasilkan CO2 dan CO yang memberikan efek yang buruk berupa penyakit pernafasan, rusaknya ekosistem di sekitar, kebakaran serta pemanasan global. Sampah organik hasil samping dari aktivitas rumah tangga dapat dengan mudah dimanfaatkan menjadi pupuk kompos.
Cara pembuatan pupuk kompos sangat mudah. Bahan yang dibutuhkan berupa sisa sayuran, sampah kering, tanah, kotoran kambing atau sapi dan air cucian beras. Pertama, beri lapisan awal pada dasar ember dengan tanah, kemudian pada lapisan kedua beri sisa sayuran, lapisan ketiga kotoran kambing, kemudian disiram dengan air leri. Bahan-bahan tersebut kemudian ditutup selama 4 minggu. Setiap seminggu sekali kompos harus diaduk untuk sirkulasi oksigen. Setelah kompos jadi, pupuk kompos dapat digunakan. Unsur hara yang terkandung dari pupuk kompos ini adalah Nitrogen, Phospor dan Kalium yang dapat bermanfaat untuk menyuburkan tanaman.
Pembuatan pupuk kompos yang sangat mudah dapat diterapkan secara mudah di rumah oleh ibu rumah tangga. Harapan kedepannya, akan ada sistem terintegrasi dimana pembuatan pupuk kompos dapat dibuat dengan skala besar sehingga pupuk kompos tersebut tidak hanya dapat digunakan sendiri melainkan dapat dijual sehingga dapat menciptakan peluang usaha baru bagi warga Sungapan.

